Tuesday, June 25, 2013

Yang menarik dari Sorong - Papua Part #1

Setiap tempat pasti punya keunikan tersendiri termasuk kota yang saat ini gw tinggalin, Sorong-Papua. Nah, di bawah ini gw mau cerita sedikit tentang hal-hal menarik yang gw temui di kota Sorong, cusss :

1. Pagoda Vihara Budha Jayanti
Pagoda Vihara Budha Jayanti adalah tempat beribadah umat Budha yang letaknya ga jauh dari rumah gw, dari pinggir jalan ahmad yani ada papan petunjuknya juga kok, jadi untuk menuju kesana gw hanya tinggal jalan kaki sekitar 10 menit. Hanya saja jalannya nanjak, jadi lumayan bikin keringetan, hahaaa.. Tapi sampai sana Pagodanya cantik banget, liat aja nih penampakannyaa..



2. Hip Hop
Masih inget ga sama Funky Papua? yapp, salah satu finalis ajang pencarian bakat beberapa tahun lalu itu menampilkan 3 orang asal Papua yang jago ngedance. Gw ga sengaja lewatin salah satu rumah yang terpasang sebuah banner seperti di gambar ini :



Sepertinya Sorong memang kota Hip Hop deh, karena setiap naik angkot, lagu-lagu yang diputer kebanyakan lagu-lagu berirama hip hop dengan logat dan bahasa Papua, keren yaahhhh :)

3. Pantai Tanjung Kasuari
Kota Sorong ini berada di dekat perairan, jadi tentu aja banyak pantai dan pulau-pulau yang bisa dijangkau dengan mudah, salah satunya adalah Pantai Tanjung Kasuari. Dari kota Sorong, hanya memakan waktu 20 menit pake motor untuk sampai di pantai ini. Yang unik, ada beberapa pantai yang ada namanya masing-masing padahal jarak antar pantainya hanya 5-10 meter. Nama2nya juga unik seperti Pantai Saupapir, Pantai Melbourne, Pantai Alinda, dll. Kebanyakan pantai ini dikelola oleh warga sekitar sehingga tarif pengunjung dan kendaraan juga berbeda-beda, antara 5 ribu - 25 ribu. Pas banget gw datengin pantai ini di hari Jumat, karena sudah pasti sepi, kalau weekend atau hari libur katanya sih rame banget. Gw masuknya ke Pantai Saupapir, disana ada bangku panjang untuk pengunjung, jadi enak banget bisa santai disitu, ditambah pemandangan yang bener-bener nyegerin mata, pasirnya putih dan pohonnya rindang. Ada juga anak perempuan kecil bernama Sifa yang ikut nemenin gw berenang di pantai ini. Berikut foto2nya :



4. Pantai Pasir Putih
Untuk menuju pantai ini harus nyebrang pakai perahu kecil yang paling cuma muat 5 orang dengan biaya 10 ribu per orang dari Dermaga Kontainer. Gw ga tau kenapa dinamakan gitu, mungkin banyak kontainer yang lewat mengingat ada pabrik semen di dekat dermaga ini.


Perjalanan pake motor dari kota Sorong memakan waktu 1 jam untuk sampai ke Dermaga Kontainer kemudian dilanjutkan dengan perahu sekitar 10 menit sampailah ke sebuah pulau kecil tak berpenghuni yang terdapat pantai kecil. Pantainya lumayan bagus, hanya saja banyak sampah sehingga kurang enak dipandang dibandingkan Pantai Tanjung Kasuari, mungkin karena pengunjung yang datang begitu saja membuang sisa-sisa makanan dan sampah lainnya.




5. Pulau Doom dan Soop
Pulau Doom dan Soop termasuk yang terdekat dari Sorong, hanya sekitar 15 menit dari dermaga Sorong dengan biaya 5 ribu per orang. Hampir tiap jam ada aja perahu yang menuju pulau2 tersebut karena memang penghuninya lumayan banyak. Gw bersama abang dan 3 orang temannya berangkat ke Pulau Doom terlebih dahulu.

Pemandangan di Dermaga Sorong

Sampai juga di dermaga Pulau Doom


Lalu kami mengelilingi pulau naik becak dengan biaya 30 ribu per becak. Anehnya, becak hanya ada di Pulau Doom sedangkan di Sorong tidak ada. Pulau ini tidak terlalu besar, palingan sekitar 15 menit buat muterinnya, itupun tidak betul-betul diputerin karena terhalang hutan dan bukit. Sempat berhenti sebentar di sebuah bunker peninggalan zaman Jepang. Bunkernya sempit dan kecil banget pintu masuknya, mungkin dulu disesuaikan ama ukuran badan orang Jepang yang relatif lebih kecil dibandingkan orang Belanda. Jadi, ceritanya Pulau Doom ini adalah wilayah yang pertama kali diduduki oleh penjajah Belanda dan kalau malam pulau ini sangat terang karna pulau ini adalah sudah terlebih dulu dipasangi listrik dibandingkan wilayah lain termasuk Sorong, sehingga sering juga disebut Pulau Bintang.


Siangnya kami sholat di mesjid dan lanjut makan siang di sebuah warung makan. Sedikit tanya-tanya tentang pulau lain ama ibu warungnya, dan dia menawarkan jasa temannya yang punya perahu untuk nyebrang dari Doom ke Pulau Soop. Setelah dihubungi, 15 menit kemudian datanglah mas-mas yang ngejemput kami menuju Pulau Soop dengan biaya 300 ribu PP dan bebas pulang jam berapa saja di hari itu. Perjalanan kurang lebih 15 menit. Dalam perjalanan itu, gw ngeliat tugu selamat datang di sebuah pulau kecil. Tugunya berlambangkan ikan hiu dan disampingnya ada semacam mercusuar kecil.


Sesampainya di Pulau Soop, kami langsung cari spot buat berenang, sedangkan salah satu temen abang pergi ke tengah laut untuk mancing sama mas2 yang punya perahu. Pulaunya lumayan asik dan lebih sepi dibandingkan Pulau Doom. Sayangnya pantai-pantai disini tidak ada yang menawarkan jasa snorkeling, jadi mau ga mau, harus punya peralatan sendiri. Sayang kan kalau datengin pantai, cuma bisa dipinggirnya doang ga bisa liat dalemnya, hehee...

Jam setengah 4 kami kembali ke Sorong, dan sayangnya teman abang ga dapat ikan, malah yang dapet mas-mas pemilik perahu, mereka dapet ikan dengan cara menggunakan tombak, bukan pake pancingan, mantapp pacee, hehe..

Sampai di dermaga Sorong, ngeliat anak2 pada loncat ke air, seruuu yaa..


Oiyaaa, ada cerita mengenai Pulau Matan yang indah banget, tapi gw pisahin dari postingan ini karena banyak pemandangannya yang luar biasa cantik, nihhh gw kasih satu potonya :)

Wednesday, June 19, 2013

Jalan-jalan ke Thailand

Sebenarnya gw ke Thailand pada November 2011, tapi bikin tulisannya yang lama jadinya baru sekarang bisa di share. Yang punya rencana jalan-jalan ke Thailand mungkin bisa baca tulisan gw yg lumayan panjang ini, hahaa...

Hari 1 : 15 Nov 2011

Naik pesawat low cost AA yang sudah gw pesan 10 bulan sebelumnya, malah mengalami reschedule PP. Keberangkatan yang harusnya jam 3 sore dirubah jadi jam 17.40 tapi untungnya sudah diberitahu beberapa hari sebelumnya lewat email. Begitu pula saat kembali ke indo, yang seharusnya jam 6 sore dirubah menjadi jam 8 malam. Gw hanya berdua dengan teman gw dalam melakukan perjalanan ini. Petugas check-in sedikit ngomelin gw karena kedatangan gw yang sangat mepet dengan jam keberangkatan di bandara Polonia Medan dan dengan sigap gw langsung naik pesawat yang sudah boarding, hehe... Pesawat hanya ngaret 10 menit dan langsung take off yang gw rasa tidak mengenakkan dibanding pesawat lainnya.

Sesampainya gw di bandara Suvarnabhumi Bangkok pada pukul 19.40, menukar dolar sedikit (mendingan tuker dollar ama baht di Indo aja, karna rate lebih bagus) dan langsung menuju tempat cek paspor yang cukup panjang atriannya, gw ambil banyak brosur, trus karna gw mau ke kawasan Rambuttri gw naik ARL yang letaknya di lantai B1. Untuk naik ARL harus pake token yang biayanya 45 thb/org, dan cara mendapatkannya adalah lewat Vending Ticket Machine, awalnya sedikit ragu karena tulisan akar Thailand yang khas, tapi untunglah ada yang versi English. Karena gw mau nginap di daerah Rambuttri, gw mencet tulisan Phaya Thai kemudian memasukkan lembaran uang 100 baht (karena gw berdua dengan teman gw) dan ternyata print2anya rusak. Sempat panik kemudian muncul tulisan mau dilanjutkan atau tidak, gw memilih Yes, dan keluarlah koin merah dan juga kembalian 10 baht koin. Trus gw turun escalator dan kereta ARL sudah datang, gw pun langsung masuk. Perjalanan sekitar 45 menit, sambil memperhatikan layar tulisan stasiun yang akan dituju dalam 2 bahasa English & Thai.


Sampai di Phaya Thai kemudian disambung pake taksi. Gw pun memberhentikan sebuah taxi warna pink yang bertuliskan Taxi Meter diatasnya, tapi saat gw bilang mau ke Rambuttri, supirnya langsung nembak harga 200 baht, gw tawar aja 100 baht, sampai akhirnya jadi 120 baht dengan lagaknya yang gak ikhlas, padahal gw rasa masih mahal deh segitu. Saat naik taksi ini, gw sedikit was-was karena waktu liat tanda pengenal supir yang ada di dashboard berbeda dengan wajah asli si supir, ditambah lagi dia seperti ngomel2 pake bahasa thai, dan untunglah sampai juga di wilayah Rambuttri dengan selamat, hehe.. Gw pun nyari hostel Marcopolo yang sempat gw dengar murah, 15 menit kemudian gw menemukan hostel tersebut dan dapet kamar 400 baht udah AC dan Toilet di dalam +Shower tapi gak ada hot water. 400 baht untuk deposit yang akan dikembalikan saat check out. Hostel ini kecil sih ya, apalagi liat kamarnya hanya berukuran 3X3 m, namun bagi gw gak masalah sih, selama air dan kondisi kamar yang bersih. Setelah beberes, gw berniat cari makan di sekitar Khaosan Road yang cuma beda gang, makan Pad Thai 30 baht dan tergoda beli kaos anak2 disitu. Teman gw makan KFC, karena dia khawatir akan kehalalan Pad Thai. Kawasan ini benar-benar ramai, banyak pelancong bule2 dan bar-bar, serta jualan kaos2 dan suvenir. Dan banyak karung2 pasir ditaro di depan beberapa toko, mungkin buat antisipasi banjir atau mungkin udah kena ya? Gw ga tahu juga. Jam 12 istirahat, tapi baru sadar ternyata samping hotel ini ada bar yang sangat berisik suara musiknya, untung kamar hostelnya naik 1 lantai jadi ga kedengeran.


Pengeluaran Hari 1 :
ARL = 45 baht
Taxi = 120/2 = 60 baht
Hostel = 400/2 = 200 baht
Makan & minum = 47.25 baht
Total = 352.25 baht


Hari 2 : 16 Nov 2011

Bangun sekitar jam 9an, siap2 berangkat menuju Grand Palace. Di tengah jalan beli jus wortel 40 baht yang penjualnya ngira gw orang thai. Kami sempat salah jalan, beruntung ada tourist information, jadi dikasih tau arah yang benar. Jalan kaki sekitar 15 menit, ngelewatin lapangan gede Sanam Luang, terus pas dari luar sempet bingung mana jalan masuk ke Grand Palace. Pas lagi istirahat di sebuah pohon, kami didatengin seorang Bapak2 lokal, dan gw sudah menduga dia penipu alias scam. Awalnya dia tanya gw dari mana terus ngomongin Sea Games (hampir semua orang yang gw temui ngomongin Sea Games setelah tahu gw dari Indo). Terus dia bilang, Grand Palace lagi tutup sampe jam 1 karena lagi pada beribadah, lalu dia nawarin gw naik tuk-tuk ke Wat Pho dan Wat Arun aja sekitar 40 baht. Gw pun belagak pilon sambil tanya apakah gw student, gw bilang aja iyah, hahah.. Gw bilang terima kasih dan bener aja ada tuk-tuk berenti di depan kami, tentu aja kami tolak.. Kamipun tanya ke tukang sapu jalanan untuk menunjukkan dimana pintu masuk Grand Palace dengan modal peta dan dia menjawab pake bahasa tubuh, akhirnya kami menemukan pintu masuknya, huff.. Berhubung saat itu terik banget, gw beli payung kertas yang banyak dijual sekitar 150 baht. Masuk ke dalam bayar 400 baht/org, muter2, poto2.


Trus kita jalan kaki dan sampai ke Wat Pho, bayar sekitar 50 baht/org, didalam lagi ada renovasi tapi masih bisa dikunjungi. Wat Pho ini kuil yang terkenal dengan patung super gedenya "Sleeping Buddha". Selesai dari Wat Pho, gw beli kelapa cuma 20 baht, rasanya manis tapi enak, hehe.. Tadinya mau ke Wat Arun lewat jalur penyebrangan sungai Chao Phraya, tapi air lagi tinggi dan gw juga ga mau buka sepatu, ga jadi deh kesana. Trus mau balik ke Khaosan naik bus, tanya orang katanya bisa pake bus no 83. Sekitar 15 menit nunggu, dateng juga itu bus, bayar 6,5 baht/org, dan diturunin di Khaosan Road. Pemandangan sore hari di Khaosan Road tidaklah seramai saat malam hari, dan karena gw pikir Chatuchak masih tutup, kami membeli cukup banyak souvenir disana. Namun, perkiraan gw salah, Chatuchak uda buka hari sabtu, gw nyesel banget belanja banyak di Khaosan Road, huhu..Sempet juga belanja di Banglamphu market, dan harganya juga lebih murah sedikit dari Khaosan. Jam 5 gw check out dari hotel dan naik taxi untuk ke Southern Bus terminal karena besok adalah jadwal gw ke Phuket. Gw pun menyetop taxi meter kemudian menunjukkan layar handphone gw yang ada poto tulisan thai Southern Bus Terminal. Dia bilang macet trus nembak harga 500 baht, tentu aja gw tolak dan gw pun memilih taxi yang lain. Nah, gw pun melakukan hal yang sama dengan nunjukin foto tulisan thai, tapi dia bicara bahasa thai dan gw ga ngerti apa yang dia maksud. Kemudian dia bilang ” I understand” dan gw kasih harga 200 baht, untunglah dia mau. Saat masuk taxi, dia bilang ”water” dan gw rasa yang dia maksud adalah Southern Bus Terminal lagi banjir. Lagi-lagi gw dikira orang thai, malah Philipina.


Kurang lebih perjalanan 1 jam dan benar saja, ternyata emang macet, si supir sedikit mengeluh karena macet ini. Sampai juga di terminal, dan dia minta tambah 50 baht lagi karena macet, yaudah gak apa2 gw tambah jadi total 250 baht. Sampai di terminal ini yang ternyata bukan Southern Bus terminal, tapi terminal lain yg juga ada bis menuju Phuket, sayangnya gw lupa nama terminalnya. Disana gw sedikit kerepotan karena banyak yang tidak ngerti bahasa Inggris, sempat ditawarin naik VIP class harga 999 baht tapi gw tolak. Kemudian gw dapet Bus ke Phuket kelas 2 dengan harga 487 baht dan memastikan kami diturunkan di Phuket. Bus yang kami naiki seharusnya sudah jalan pada pukul 7 malam, tapi karena belum penuh akhirnya kami berangkat jam 9 malam. Bus yang kami naikin adalah bus double deck dengan reclining seat, AC dan selimut. Saat gw tengah tertidur, tiba-tiba ada bunyi musik yang kenceng banget pake bahasa thai dan lampu bus dinyalakan, tentu saja hal ini membuat gw terbangun dan saat liat jam baru menunjukkan pukul 1 malam. Ternyata bus ini berhenti sebentar di sebuah tempat makan tapi gw memilih tidur lagi aja.

Pengeluaran Hari 2 :
Beli jus = 40 baht
Masuk Grand Palace = 400 baht
Masuk Wat Pho = 50 baht
Beli kelapa = 20 baht
Naik Bus = 6.5 baht
Makan Mcd = 59 Baht
Beli air minum+susu = 17.25 baht
Beli oleh2 = 1668 baht
Taxi = 250/2 = 125 baht
Bus = 487 baht
Total = 2872.75 baht


Hari 3 : 17 Nov 2011

Sampai juga kami di terminal Phuket yang berlokasi di Phuket Town pada jam 09.30 pagi. Lalu kami hendak menuju sebuah tempat yang terdapat tulisan “Tourist Information”, namun saat gw tanya ternyata tempat itu adalah travel agent. Kemudian gw jelaskan bahwa kami mau ke On-on hotel, tapi si bapak itu bilang hotel On-on adalah hotel yang sangat tua sambil memberikan peta Phuket dan lokasi hotel tersebut. Dia menawarkan untuk tinggal di tempat itu, di lantai 3 ternyata ada kamar disewakan untuk backpacker. Dia kasih harga 300 baht tapi gw tawar 250 baht. Teman perjalanan gw mengalami mabok darat sehingga dia memilih untuk beristirahat di tempat itu saja daripada ke On-on, padahal gw pengennya ke On-on, huh.. Lalu orang travel tsb yang bernama Eik juga menawarkan tur ke Phi-Phi Island hanya 1,000 baht untuk daily package, harga tsb sudah dikorting dari 1,200 baht sambil menunjukkan brosur Phi-Phi Island Cruiser beserta majalah wisata Phuket. Gw pun memilih tur tersebut untuk 2 orang dan setelah itu langsung naik ke atas untuk beristirahat. Saat melihat kamarnya : cukup besar, ada tivi, kipas angin dan toilet meski diluar tapi posisinya yang dekat pintu kamar, lumayan bagus untuk harga 75 ribu.

Sambil beberes kami menghitung sisa uang kami, ternyata sisa uang cash kami sangat pas2an. Teman gw pun memutuskan untuk tidak ikut tur Phi-Phi Island dan untungnya Eik mau mengembalikan 1,000 baht. Siangnya kami jalan kaki di sekitar hotel, makan nasi kuning yang ternyata rasa nasinya manis, trus masuk ke sebuah pusat perbelanjaan kecil mirip matahari. Balik ke penginapan, tidur siang dan malamnya gw bertanya sama Eik dimana kami bisa menemukan Tom Yum tapi yang halal dan murah. Lalu, dia mengantar kami ke sebelah penginapan (jarak 2 rumah) yang ternyata adalah warung makan muslim. Gw kaget si ibu penjual itu bisa bahasa Indonesia, ternyata dulu dia punya warung makanan Malaysia, jadi bahasanya melayu2 gitu. Kami makan Tom Yam udang yang sangat enak, semangkok (untuk berdua) hanya 70 baht, nasi putih 20 baht, air mineral botol 10 baht. Sesudah makan, kami berniat melihat pasar malam yang lokasinya dekat penginapan kami. Info ini gw baca dari majalah yang diberikan Eik kepada kami. Namun, setelah dicari kami tidak menemukan pasar tsb, akhirnya kami memutuskan untuk mencari hotel On-on, sekedar untuk melihat seberapa tua hotel tsb, hehe..jalan kaki sekitar 15 menit kami pun menemukan hotel tsb, memang dari luar terlihat sangat tua, namun dari kejauhan kami lihat banyak sekali bule2 pelancong berada di hotel tsb, teman gw sedikit menyesal karena tidak menginap disana, dia kira lokasinya jauh tapi ternyata sangat dekat. Lalu kami mencari warnet, dapet warnet kecil dengan tarif 20 baht/jam, setelah itu kembali ke penginapan dan tidur.

Pengeluaran hari 3 :
Kamar penginapan : 250/2 org = 125 baht
Tour Phi-Phi Island = 1000 baht
Makan siang = 40 baht
Makan malam (tom yum) = 50 baht
Internetan = 25 baht
Total = 1240 baht


Hari 4 : 18 nov 2011

Jam setengah delapan tepat gw dijemput dengan menggunakan mobil travel. Sudah ada beberapa turis di dalam, kemudian setelah menjemput satu orang, kami diantar ke dermaga, lalu gw diberi stiker yang tidak boleh hilang sebagai penanda kita ikut tur jenis apa dan gw naik boat yang berkapasitas sekitar 300 orang. Cukup lama gw menunggu sampai boat ini penuh dan sekitar jam 8.40 baru berangkat. Pemandangan cantik yg gw liat saat itu berupa bukit2 menjulang yang tidak berpenghuni, air biru dan hijau, segeerr bangett. Jam 10an boat melambat untuk membuat pengunjung menyaksikan Phang Nga Bay adalah semacam gua kecil diantara bukit2. Jam 11 waktunya snorkeling selama 1 jam. Gilaa airnyaa biru bercampur hijau, manteep banget dahh.. Salah seorang pemandu bagiin aturan dalam pemakaian alat snorkeling (kecuali kaki katak sewa 80 baht) dalam beberapa bahasa. Gw pun dapet yang versi bahasa Indonesia dan tertulis disitu kalau ngilangin alat2 snorkeling akan didenda 1000 baht. Gw pun pake pelampung yang ada di tiang2 boat. 1 jam gw snorkeling dengan view yang sangat menawan, sayangnya kagak ada yang motoin di dalem aer, huh.. setelah itu gw naik boat dan minum cola yang dibagiin gratis.



Setelah semua penumpang kembali ke boat dan ngembaliin semua peralatan, kami diturunin di dermaga Phi-Phi Island. Masuknya bayar 20 baht sodara2, lalu makan siang di hotel Phi-Phi setelah itu berjalan2 sebentar keliling pulau. Gw lihat harga2 souvenir disini cukup mahal dibanding di Bangkok. Gw kenalan ama dua orang mahasiswi asal Australia dan New Zealand, namanya Danica dan Heather, yang ternyata seumuran sama gw dan foto bersama, terus ngobrol cukup asik dengan mereka sambil jalan-jalan liat souvenir. Jam 1 siang kami kembali ke kapal dan sampai di dermaga sekitar jam 4. Pengennya sih lebih lama lagi ada di di Phi-Phi Island ini. Sempet bingung juga karena semua orang dijemput pake travelnya masing-masing, tapi akhirnya dapet juga dan gw diantar ke terminal Phuket Town. Sampai di kamar gw beristirahat sebentar sedangkan teman gw ternyata jalan-jalan ke Patong Beach. Karena malam ini adalah malam gw kembali ke Bangkok, kami pun mengucapkan salam perpisahan sambil foto2 dengan Eik, ibu penjual Tom Yam, dkk. Mereka bilang kami adalah turis yang ramah serta tidak kotor ketika meninggalkan kamar. Jam 7 kami naik Bis Double Deck ke Bangkok setelah sebelumnya makan Tom Yam udang si ibu sebelah.



Pengeluaran hari 4 :
Sewa kaki katak = 80 baht
Masuk Phi-Phi Island = 20 baht
Makan malam = 50 baht
Tiket bis ke Bangkok = 487 baht
Total = 637 baht


Hari 5 : 19 Nov 2012

Jam 6 pagi kami sampai di Stasiun awal kami berangkat. Kepikiran untuk bisa ke Chatuchak yang kabarnya pasar terbesar se-Asia Tenggara. Celingak-celinguk karena bingung harus ke Bangkok ataupun Chatuchak naik apa. Di sebrang jalan ada Mcd, kami pun sarapan sebentar, trus tanya2 ke petugas Mcd pun ternyata tidak bisa bahasa Inggris, hadeehh.. Akhirnya kami bertanya ke seseorang yang juga lagi makan di Mcd, untunglah dia bisa bahasa Inggris dan menjelaskan kami bisa naik bis umum (no 529 kalo ga salah) ke Chatuchak. Sempet bingung karena kehabisan uang cash sampe2 gw punya pikiran gila mau ke Embassy Indonesia buat tuker Rupiah gw, trus gw coba telepon kesana pake telepon umum tapi ga diangkat, hahaha.... Akhirnya gw coba ambil uang di ATM Siam Commercial Bank (SCB) dan langsung pilih 500 Baht, setelah gw cek di Indo uang gw cuma berkurang 200 ribu, senangnya, lalalala.. Gw tanya orang yang lagi nunggu di pemberhentian bus buat ngeyakinin aja harus naik 529, dan bener naik bus no 529 menuju Chatuchak, bayar 20 baht/org, untunglah masih ada tempat duduk karena kami bawa banyak tas dan AC juga. Dan sekitar jam 09.30 gw sampai di Chatuchak. Di dalem bus, sempet foto2 orang yang lagi nyuci jalan. Ya nyuci jalan, mereka nyabunin dan ngebersihin jalan secara gotong royong dan sama tentara juga, betul2 kompak, mungkin abis kena banjir kali yah makanya dibersihin. Terus yang gw perhatikan bus2nya berhenti di tempat pemberhentian yang sudah ditentukan tidak ugal2an seperti di jakarta dan jarang sekali membunyikan klakson. Oya, ada tempat sampah juga di dalam bus itu.


Sekitar satu setengah jam, gw sampai juga di Chatuchak, sebenernya sih ga niat belanja banyak, cuma mau ngerasain gimana Chatuchak yang katanya terbesar di Asia Tenggara itu. Dan benar saja, barang-barang disana lebih murah ketimbang yang gw beli di Khaosan Road, nyesek banget, hiks,, gw kira Chatuchak masih tutup karna banjir. Chatuchak benar-benar luas dan karena gw kepanasan ditambah bawa koper yang lumayan berat, gw pun berniat langsung saja ke bandara naik MRT. Cuma beli beberapa souvenir, abis itu kami naik tangga menuju MRT, bayar 30 baht/org trus disambung naik ARL di stasiun Mo Chit CMIIW. Akhirnya sampai juga di bandara jam 1an. Trus ganti baju dan bersih2 –mengingat gw belum mandi dari pagi, hehe... Setelah itu poto2 di bandara, dan yang menarik gw melihat ada mbak2 pegawai cafe lagi facebook-an pake mesin buat internetan kilat menggunakan koin. Gw pun mencoba seperti yang mbak itu lakukan, hehe,, bisa facebookan dan minta dijemput di Indo lewat fitur sms dari gmail, tapi ya cuma sebentar, koin 10 thb buat 10 menit. Setelah itu tidur sebentar di bangku, trus makan Burger King dan kami menuju gate pesawat AA jam 6, sementara pesawat take off jam 8.15. Delay satu jam, sehingga kami baru masuk pesawat jam 9 kurang dan jam 9 sudah take off. Lalu gw pun tidur dan nyampe bandara Polonia Medan jam 10.30 dan gw naik taksi sampe rumah.



Thailand lumayan menarik sebagai destinasi wisata yang terjangkau, apalagi kalau backpackingan kayak gw bisa hemat banget kesana. Ternyata 5 hari masih belum cukup buat muterin semua tempat-tempat unik di Thailand, maybe next time bisa kesana lagi :)

Pengeluaran hari 5 :
French Fries Mcd = 25 baht
Bus ke Chatuchak = 20 baht
Beli souvenir = 150 baht
MRT = 30 baht
ARL = 45 baht
Koin buat internetan = 20 baht
Makan di Burger King = 340 baht
Total = 630 baht
Total Keseluruhan = 5732 baht

Sunday, June 16, 2013

Cerita Sorong, Papua

Udah hampir 2 bulan gw tinggal di tanah Papua, yupp Papua, pulau paling timur Indonesia. Gw bisa pindah kesini karena si abang penempatan disini untuk jangka waktu yang tidak tentu, dan kapanpun bisa dipindah kemanapun. Tapi untunglah, gw ini tipe orang yang paling senang dengan hal-hal baru, sesuatu yang belum pernah gw rasain dan lakuin sebelumnya. Dan sebenarnya emang pada waktu si abang milih daerah penempatan, gw bilang tulis aja papua salah satunya setelah Medan dan Palembang, dan bener aja abang di tempatin di Papua, how lucky . Kenapa gw milih Papua? Karena gw terobsesi bisa datengin Raja Ampat, heheee..

Gw naik pesawat Merpati dari Jakarta jam 5 pagi. Sempet panik, gara-gara over bagasi sampe 9 kg dan gw harus bayar sekitar 490 ribuan untuk kelebihan itu, pas banget uang cash ga sampe segitu dan gw harus ambil duit dari ATM yang terletak di pintu masuk. Gw mesti lari-lari karena waktu yang lumayan mepet, dan entah kenapa duit ga bisa diambil yang nisp, untung masih bisa ambil dari yang bri, fiuuhh…. Pesawat sedikit delay dan transit di Makasar, pertama kali gw ngerasain transit jadi begitu turun langsung jalan menuju ke ruang tunggu dan gw disuruh balik ke counter Merpati untuk dapet Boarding Pass ke Sorong dari Makasar. Nunggu sekitar 1 jam-an dan akhirnya pesawat terbang menuju Sorong. Beruntung, gw dapet tempat duduk sebelah jendela-tak seperti dari Jakarta yang duduk di pinggir- yang artinya gw bisa lihat keindahan pulau Papua dari langit. Ada yang berbeda dari pemandangan itu, kalo Jakarta dilihat dari atas hanya atap rumah padat penduduk yang tampak namun kalau Papua yang terlihat adalah hamparan hijau pohon dan hutan, hanya sedikit gw liat atap rumah, perbedaan yang sangat kontras, hehhee…

Gw sampe Bandara Dominique Edward Osok Sorong jam setengah 2 siang, ada perbedaan 2 jam lebih lama dari Jakarta karena Papua masuk dalam WIT. Bandara ini sangat kecil dan tak terlihat seperti bandara, tapi enaknya tidak terlalu ramai seperti di Soekarno Hatta. Gw pun langsung dijemput abang dan meluncur ke rumah dinas di Kota Sorong. Sore sampai malam gw dan abang muter-muter kota Sorong, sempet makan di salah satu warung di Pantai Tembok Berlin atau PAntai Dofior, namanya cukup unik yaa,karena disampingnya ada pantai namun dibatasi tembok yang tidak terlalu tinggi dan banyak sekali warung makan yang ada dipinggirnya. Banyak orang yang nongkrong di sekitar pantai ini, jadi lumyana banyak kotor karena sampah, tapi pemandangannya bagus lohh, apalagi sunsetnya.



Sehabis makan, kami mendatangi tempat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan sehari-hari, ada namanya Mall of Sorong yang hanya 3 lantai dan didalamnya hanya ada Ramayana. Kota Sorong gw lihat cukup ramai dan makanan pun banyak disini, jadi ga susah kalau mau cari makan.

Keesokan harinya gw dan abang melakukan perjalanan naik motor ke Klamono, yaitu daerah Kabupaten tempat abang bekerja. Jaraknya lumayan juga sekitar 49 km dari Sorong dan sayangnya hujan di tengah jalan, kami pun berteduh di salah satu rumah penduduk. Setelah hujan reda jam 8 malam, kamipun melanjutkan perjalananan. Kanan kiri hanya hutan, tidak ada lampu jalan, dan kendaraan yang lewatin jalan tidak banyak, agak serem juga dengerin suara burung-atau entah binatang apa- yang bersahut-sahutan sepanjang jalan, jalannya sudah diaspal namun ada beberapa titik longsor jadi mesti ati-ati banget lewatin jalan ini. Akhirnya sampai juga di tempat yang dituju, kami makan mi rebus di sebuah warung dekat tempat abang kerja.

Paginya, woooww gw cukup dikejutkan dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, depan rumah ada sungai, namun airnya coklat, mungkin karena hujan terus jadi kemasukan lumpur dan tanah, dan hutan disekeliling rumah yang gw tempatin. Selain itu, setiap hari gw selalu kedatangan luwing, binatang berwarna merah seperti ulat yang kakinya banyak, yang kalo kesentuh, dia melingkarkan tubuhnya. Trus juga banyak sapi yang selalu jalan-jalan karena ga dikandangin, kalo malem suka berisik,hahaha.. Sempet jalan-jalan disekitar rumah, lumayan banyak penduduk aslinya, anak-anaknya juga banyak, tapi jangan harap ada warung bakso, mi ayam apalagi siomay, karena Cuma ada warung makan biasa dan warung jajanan disini. Gw sungguh penasaran sama hutan yang ada disini, kali aja ada sungai kecil nan cantik ataupun air terjun, tapi nyali ciut juga begitu denger ada pemburu yang ilang 3 hari di hutan, fufufu...Cerita selanjutnya adalah mengenai pantai, pulau dan hal2 menarik yang ada di Kota Sorong, mau tahu apa aja? Tunggu postingan gw selanjutnya yaa :D

Hails

Singgah


Followers

Popular Posts