Monday, February 5, 2018

Surga kecil yang bernama Misool, Raja Ampat Selatan

Saya melakukan perjalanan ke Misool pada 22-26 Desember 2017 lalu bersama rombongan sebanyak 16 orang dewasa dan 11 orang batita/anak-anak. Saya excited sekali mengingat saya sudah 4 tahun di Sorong namun belum sekalipun ke Misool, meski sudah 4 kali saya ke Raja Ampat bagian Utara. Kami berkendara menuju pelabuhan rakyat, naik kapal feri Bahari Express 3B tujuan Misool. Tiket ada di loket pelabuhan jadi langsung dibeli saat itu juga dan berangkat jam 1 siang. Tiket ekonomi sebenarnya ada AC nya tapi karena lagi rusak jadi ya kami menikmati Angin Cepat aja haha..

Perjalanan memakan waktu kurang lebih 4 jam. Kapal berhenti di dermaga Yellu dan Fafanlap, nah kami pun turun di Yellu karena pihak homestay akan menjemput kami di dermaga ini dengan boat kecil. Kami menginap di Harun homestay di kampung Harapan Jaya. Sesampainya di homestay kami makan malam dan lanjut beristirahat untuk recharge tenaga buat besok.

Harun Homestay

Hari 2
Jam 8 pagi kami sarapan dan siap-siap menuju Balbulol yaitu gugusan batu karang yang menyerupai pohon natal. Kami naik 2 longboat untuk menuju kesana dan waktu tempuhnya 1 jam. Sampai disana, saya tercengang dengan pemandangannya- kumpulan bukit karang dengan air laut berwarna biru dan hijau toska, segernya kebangetan! Anak-anak pun buru2 nyebur ke lagunanya. 

Balbulol
Di sekitar Balbulol


Kapalnya kayak melayang diatas air

Dari Balbulol, kami menuju Namlol, disini juga ada laguna di tengah perairannya sehingga warnanya biru di tengah2. Namlol cukup aman buat berenang karena mayan dangkal. Tapi harus hati-hati karena ada karang api yang banyak tersebar, kalo kena karang api kulit bisa panas dan gatal2 cukup lama. Karang api berwarna kecoklatan dan memiliki banyak cabang. Ohya, di area ini juga ada Batu Candi, batu yg berbentuk undak2 menyerupai candi. Kami lalu makan siang di pantai Namlol yang sudah disiapkan dari pihak homestay.

Namlol


Batu Candi

Habis makan siang, kami lanjut ke Pantai Banos. Meski lagi hujan kecil tapi anak-anak tetap berenang. Paling suka sama pasirnya, halus banget deh di pulau ini. Selesai dari Pantai Banos, kami menuju Goa Putri Termenung. Anak-anak ada yg stay di kapal, tapi anak saya mau lihat juga jadi dia ikut. Jalurnya sedikit manjat dan menyusuri goa yang sempit jadi harus jalan nunduk, ohya bisa liat juga sarang burung walet disana. 10 menit kemudian kami sampai juga di Goa Putri Termenung. Goa ini dinamakan demikian karena ada batu besar yang terlihat seperti seorang perempuan yang sedang murung. 
goa putri termenung

Sorenya, kami kembali ke homestay. Habis mandi sore, saya dan anak saya berjalan ke dermaga. Kami pun menyapa anak2 di kampung ini yang dengan gembiranya loncat-loncat dari jetty, saya ikut bahagia ngeliat mereka punya kemewahan yang saya ga punyai, yang bisa setiap hari mereka singgahi 🙂

Keseruan anak-anak kampung Harapan jaya


Asiknya bisa nyebur tiap hari


Hari 3
Hari ketiga, kami mengunjungi Goa Keramat. Uniknya, diatas tebing ada tulisan ‘Allah’ yang lebih jelas terlihat kalau difoto. Untuk menuju ke dalam goa, kita harus berenang sekitar 50 meter. Disana ada kursi raja yang terletak di atas batu tinggi, bisa juga atraksi loncat dari atas tapi karena licin sekali saya ga naik. 

Tebing Goa Keramat Bertuliskan Allah


Goa Keramat

Selesai dari goa keramat kami langsung menuju Danau Ubur-Ubur di Tamalol. Memang ada beberapa spot danau ubur-ubur yang tak menyengat di Misool dan yang paling banyak ubur-uburnya ada di Lenmakana. Tapi menurut cerita guide kami, ubur-ubur di Lenmakana sedang masa berkembang biak jadi mereka tidak muncul di permukaan melainkan di dasar danau. Nah, di Tamalol ini ubur-uburnya memang tidak begitu ramai tapi saya sangat senang bisa berenang bareng, gerakan mereka anggun banget. Ada 2 jenis ubur-ubur disana yaitu yang berwarna putih seperti piring transparan (moon jellyfish) dan mastigias papua yang berwarna kekuningan. Ohya, jangan lupa untuk ga pakai fin ya kalo di danau ubur-ubur karena bisa melukai mereka.

ubur-ubur Misool

Selesai di danau ubur-ubur kami lanjut ke Dapunlol atau lebih dikenal dengan puncak Harfat. Dinamakan puncak Harfat karena ditemukan pertama kali oleh Pak Harun dan istrinya yang bernama Fatma, digabung menjadi Harfat, sweet banget ya! 

Pose Mermaid dulu yak hihi

Untuk menuju puncak Harfat kita harus menaiki tangga selama kurang lebih 30 menit. Meski lumayan melelahkan tapi pemandangan dari atas puncaknya tu kecenya gilaa banget lah! 

Puncak Harfat dari kejauhan
selfie di Puncak Harfat
Poto Keluarga hehe


View dari Puncak Harfat,kece beratss!
Selfie lagi hehe
Puas foto-foto disana kami lanjut ke Tebing Sunmalelen untuk melihat jejak tangan manusia purba. Terlihat bentuk telapak tangan berwarna orange dan juga gambar/simbol lainnya seperti ikan hiu, paus dan penyu. Mungkin inilah salah satu bukti kalau nenek moyang kita memang pelaut handal.


Jejak manusia purba


Terus kami lanjut ke Yapap, gugusan bukit karang beragam bentuk yang berdiri kokoh.
Yapap

Ohya di sepanjang perjalanan kami menjumpai beragam batu yang menyerupai sesuatu seperti Batu Odong-Odong, Anjing Pudel, Unta, Batu Hati, Batu Kerucut, dan lainnya. Dan spot terakhir di hari ketiga kami ke pantai yang sayangnya saya lupa namanya apa, maafkan ya hehe.. kami skip goa tengkorak karena banyak anak2 jadi agak khawatir padahal saya dan anak saya pengen banget ke goa tengkorak 💀
 
Batu Hati
Batu Odong-Odong

Hari 4
Kami berangkat jam 9an karena mengurus pin raja ampat dengan dinas pariwisata. Gelombang laut cukup kencang ditambah hujan membuat perjalanan hari itu cukup menegangkan. Setelah satu jam di kapal kami sampai di pantai Yelit untuk ngeliat baby hiu. Anak-anak yang tadinya agak takut-takut untuk nyebur tapi karena ngeliat guide kasih makan ke hiu, aman-aman aja, anak-anak dan para orangtua juga ikut nyebur. 

Baby Hiu

Saya menyempatkan diri untuk menyelam, tadinya sih mau liat manta di Magic Mountain site tapi berhubung jauh dan waktunya ga dapet jadi saya cuma nyelam sekali aja di Yelit Besar. Meski gelombang masih terasa kencang di permukaan, namun di 18 meter arus masih terbilang pelan. Pemandangan bawah lautnya oke banget, wall dive dengan coral warna warni, ngeliat schooling fish, moray eel, dan beragam ikan yang hilir mudik, asik banget!
Habis nyelam, saya lanjut ke Pantai Kalek yang berpasir putih bersih dan ada semacam pondok kecil untuk melihat pemandangan dari atas bukit. 

Pemandangan dari pondok
Pantai Kalek

Saya snorkeling di sekitar pantai dan tanpa sadar saya udah ke tengah. Saya pun buru2 kembali ke pantai karena arus kencang sekali. Ohya pantai ini merupakan salah satu area proteksi dari konservasi Misool Foundation (Misool Baseftin) untuk menjaga dari illegal fishing terutama penangkapan hiu dan manta. Setelah itu kami lanjut menuju Pantai Olobi, pantainya lebih tenang, airnya jernih berwarna kehijauan, bisa lihat ikan-ikan kecil dan suasana yang sepi banget, berasa pulau pribadi! Hari keempat ini totally berenang dan snorkeling, kulit uda mulai jadi eksotis kecoklatan 😆 sorenya kami kembali ke homestay dan makan malam.

Pantai Olobi


Floating di Pantai Olobi
Pantai Olobi



 Hari 5
Kembali ke sorong dengan naik Bahari Express lagi jam 8 pagi. Disini kami memilih kursi VIP biar agak adem pake AC (takutnya rusak seperti pas berangkat). Untunglah AC nyala dan bisa karaoke juga di ruangan ini, 4 jam perjalanan jadi ga kerasa kalo karaoke ternyata 😂 sampe sorong kami langsung makan siang di Salero Bagindo. 

Pemandangan pagi hari dari Harun Homestay


Tiket feri : ekonomi 250rb, VIP 350rb
Homestay : 350rb/mlm uda termasuk makan
Long boat : 4jt/hari (sharing)
Nyelam : 500rb/per dive
Pin raja ampat : 500rb/org
Belum termasuk tips guide dan pengeluaran tak terduga seperti jajan, sewa snorkel, oleh2 dan keperluan pribadi lain
Tiket pesawat jkt-sorong : 1.3jt - 1.5jt (one way), pilihan pesawat ada Batik, Sriwijaya, Garuda

Tips hemat ke misool bisa cari share cost trip yang biasanya ada di grup2 traveling terpercaya. Jadi,kapan ke misool? :D