Tuesday, July 31, 2018

Wonderful Bali : Nusa Penida and Kintamani


Akhirnya bisa ke Bali lagi, kali ini cerita perjalanan saya bersama keluarga ke Nusa Penida. Dari pantai Sanur, kami naik speed boat yang cukup banyak berjejer di pinggir pantai. Kurang lebih 1 jam, kami tiba di dermaga Nusa Penida. Sayapun menyewa mobil untuk bisa mengelilingi pulau ini. Sayangnya jalan di pulau ini masih sebagian kecil yang teraspal, sehingga kami harus melewati jalan berbatu. Tempat pertama yang kami singgahi adalah Pantai Klingking. Sebelum menuju pantainya, kita harus menuruni tangga yang sangat curam, tapi karena saya membawa balita, saya tidak turun ke pantainya. hanya menikmati pemandangam dari atas yang menyerupai kepala T-rex yang lagi hits itu.

T-rex island hehe

Selanjutnya kami menuju Angel's Billabong dan setelah sampai disana kami makan siang di sebuah warung kecil. Angel's Billabong merupakan sebuah laguna kecil berwarna kehijauan namun airnya jernih sekali. Pengennya sih foto cantik sambil ngapung, tapi karena banyak turis saya hanya foto saja, mungkin kalo nginap disini, kita bisa datang saat masih sepi. 
Angel's Billabong


Saya lanjut trekking menuju Broken Beach. Pantai dengan pemandangan batu karst yang berlubang di tengahnya, unik banget. Selesai menikmati broken beach, kami lanjut ke Crystal Bay, anak-anak seneng banget berenang disini, meski harus tetap waspada karena arus bisa menarik hingga ke tengah. Sorenya, kami kembali ke Sanur dengan speed boat. 


Broken Beach


Saya cukup penasaran untuk nyelam di Nusa Penida karena ada Manta, jadi besoknya saya kembali ke Nusa Pemida sendiri dengan menggunakan operator diving dari Yos Dive Centre. Dari hotel saya menginap, saya dijemput pada pukul 7.30 pagi. Bersama dengan guide dan tamu lainnya kami menyebrang dengan menggunakan speed boat selama kurang lebih 1 jam menuju Manta Point. Site ini merupakan tempat para Manta membersihkan diri dari kotoran dan parasit (cleaning site) yang akan dimakan oleh ikan-ikan pembersih yang biasanya menempel pada tubuh manta. Disana terlihat banyak speed yang menurunkan divernya, kamipun langsung turun setelah briefing singkat dari guide. Di kedalaman 10 meter kami sudah berjumpa Pari Manta berukuran 3 meter berwarna hitam, dan tak lama muncul Manta lainnya beberapa ekor dengan ukuran lebih besar lagi, ada yang berwarna hitam dan ada pula berwarna abu-abu. Saya sangat terpana dan takjub melihat Manta yang bergerak dengan anggunnya. Tak hanya Manta, saya pun bertemu Blue Spotted Stingray dan juga penyu hijau. 


Sea turtle in


Diving with Manta



Setelah kurang lebih 1 jam puas melihat dancing Mantas, kami lanjut ke spot menyelam berikutnya yaitu Crystal Bay. Spot ini juga sangat mempesona, soft coral dan hard coral yang berwarna-warni, ikan-ikan seliweran dan saya cukup beruntung melihat Frogfish berwarna putih, Scorpionfish, Moray Eel, dan juga ikan nemo yang cantik. Sesuai namanya, spot ini sangat jernih dan bersih, namun perlu waspada karena arus disini cukup kencang dan suhu airnya juga terbilang dingin sekitar 20 derajat celcius. Spot ini juga merupakan tempat dimana ikan Mola-Mola muncul pada bulan July-September. next time mau banget kesini lagi buat liat mola-mola.


Blue Spotted Stingray


Nemoo


Frogfish


KINTAMANI

Besoknya, saya berkunjung ke Kintamani untuk berendam air panas. Kurang lebih 2 jam perjalanan dengan menggunakan sepeda motor, saya cukup terpana dengan pemandangan gunung Batur beserta danaunya. Tampak dari kejauhan bagian kaki gunung yang menghitam, konon itu merupakan aliran lahar saat letusan Gunung Batur puluhan tahun silam. Selain itu, terlihat juga puing-puing bekas rumah yang sudah hancur pertanda sudah lama ditinggalkan oleh warga sekitar. Udara disini dingin, jangan lupa bawa jaket ya!



Saya kemudian memasuki Toya Devasya, salah satu tempat pemandian air panas yang berada di wilayah ini. Terdapat 2 area yaitu untuk wisatawan asing dan lokal, dengan harga tiket yang berbeda. Setelah membayar tiket masuk, kami berganti baju renang dan langsung menuju ke kolam air panas. Seru banget deh sambil berendam, kita bisa memandangi perbukitan dan juga danaunya. Selain kolam air panas, ada juga kolam air dinginnya. Semakin siang, pengunjung semakin ramai, sayapun memutuskan pulang. 





Toya Devasya

Dalam perjalanan pulang, kami berhenti sebentar untuk berfoto dengan latar pemandangan Gunung Batur dan rerumputan kekuningan. Keren yak heehee........


Savana di Gunung Batur






Karena lapar, kami lanjut lagi dan menemukan sebuah tempat makan bernama Caldera Hotel & Restaurant yang persis berada di tikungan. Pemandangan dari tempat itu juga tidak kalah menariknya. Selesai makan, kamipun kembali ke kota menuju pantai Seminyak untuk melihat sunset yang kecee.


Danau Batur




Sunset di Seminyak


Tuesday, July 24, 2018

Bertamu ke rumah lumba-lumba di Teluk Kiluan, Lampung


Keinginan untuk ke Teluk Kiluan terbesit begitu saja di pikiran. Saya bersama suami dan anak langsung berkendara menuju Lampung dengan menyebrang dari pelabuhan Merak. Pukul 1 siang, kami sudah berada di kapal feri sembari menyeduh sekotak mi instan, sambil menikmati pemandangan Selat Sunda. 


Setelah 2 jam menyebrang, mobil melaju menuju Bandar Lampung untuk menjemput guide yang akan menemani saya menyelam nanti di sekitar Teluk Kiluan. Kami pun lanjut makan malam di sebuah warung nasi goreng, mengingat perjalanan ke Teluk Kiluan cukup jauh dan tidak banyak warung makan. Selesai makan, kami kembali berkendara dengan kondisi jalanan sudah teraspal namun di beberapa titik jalanan berlubang ditambah tidak ada lampu jalan sehingga menghambat laju mobil. Meski gelap gulita, namun malam itu langit cerah dan bertaburan banyak bintang. Saya sangat menyukai stargazing dan memandang langit cukup lama sampai-sampai saya melihat bintang jatuh sebanyak dua kali. Menakjubkan sekali rasanya!
Setelah kurang lebih empat jam perjalanan, akhirnya kami tiba di penginapan. Saya mendapati kamar yang letaknya persis di depan teluk sehingga suara debur air menjadi pengantar tidur yang menyenangkan di malam hari.
 

Esoknya, setelah sarapan pagi, saya bersiap untuk menyelam dengan menaiki perahu jukung.
Perahu ini berbentuk runcing keatas di bagian depan dan belakang yang berguna untuk memecah ombak. Perahu ini hanya bisa dinaiki 3-4 orang saja. Lokasi menyelam berada di sekitar Pulau Kelapa yang sebetulnya bukan tempat menyelam karena kedalaman yang hanya 10 - 12 meter saja. Wisatawan lebih banyak kesini untuk melihat lumba-lumba dan snorkeling. Pulau Kelapa juga memiliki pemandangan yang cantik dan pasir yang halus, cocok untuk bersantai ria. 



Saat menyelam, saya cukup senang bisa bertemu penyu hijau, lionfish, nudibranch, dan ikan nemo favorit saya. 



Waktu sudah menunjukkan hampir pukul 12 siang, saya pun kembali ke penginapan dan makan siang dengan ikan goreng plus sambal yang sedap sekali di lidah. Sehabis makan siang, kami bersiap menuju Laguna Gayau dengan ditemani seorang penduduk lokal yang akan memandu kami hiking ke laguna yang terletak di balik bukit Teluk Kiluan. 



Kami berjalan selama kurang lebih 35 menit dan akhirnya sampai juga di tujuan. Laguna ini terletak persis di sebelah laut, hanya saja dibatasi karang sehingga tumpahan air yang melewati karang tersebut menjadi laguna berwarna kehijauan yang sangat mempesona. Kami beruntung, karena saat itu air laut sedang surut sehingga kami bisa berenang di laguna dengan aman. Rasanya segar sekali berenang di “kolam renang alami” itu, kedalamannya 1-2 meter dan terlihat juga beberapa ikan kecil didalamnya.




Di sebelah laguna juga terdapat sebuah lubang yang berisi air laut. Bila gelombang air laut menabrak dinding karang dibawahnya, maka lubang tersebut akan menyemburkan air yang cukup keras sehingga perlu menjaga jarak untuk melihat lubang tersebut dari dekat. Setelah puas berenang, kami kembali menuju penginapan. 


Keesokan harinya, saya bangun lebih pagi agar bisa menuju tempat lumba-lumba. Saya bersama guide dan bapak pengemudi perahu pun segera menaiki perahu jukung. Saat itu, cuaca agak mendung dan tidak tampak ada perahu lain di sekitar kami. Menurut infonya, kalau sedang musim liburan, cukup banyak perahu yang melintas. Setelah satu jam lamanya, saya sampai juga di spot lumba-lumba biasa terlihat. Bapak pengemudi memelankan laju mesin perahu, gelombang cukup kuat sehingga perahu terasa terombang-ambing di tengah lautan. Lima belas menit menunggu, belum juga terlihat lumba-lumba muncul. Rasa kecewa sudah mulai menyelimuti, tapi tidak lama kemudian guide berseru sambil menunjuk ada lumba-lumba di arah jam dua. Bapak pengemudi perahu mulai bergerak ke arah lumba-lumba itu muncul. Saya sontak berdiri saking senangnya melihat gerombolan lumba-lumba datang, berenang di bawah kapal, bahkan sambil meloncat-loncat ke udara. Benar-benar seru! Dari awalnya 2 ekor, 5 ekor hingga ada 8 ekor lumba-lumba menunjukkan kehebatan mereka di hadapan kami. Saya pun mengabadikan kelincahan mereka sambil berdecak kagum, mereka tampak bahagia sekali di laut ini. Saya sampai ikut bersedih bila ada sirkus lumba-lumba keliling karena tentu saja mereka tersiksa berada di kolam sempit, tidak bisa bergerak kesana-kemari dan harus beratraksi dengan terpaksa agar bisa mendapatkan makanan. Saya merasa lebih bahagia melihat mereka di alam mereka sendiri ketimbang di sirkus keliling.


Dua puluh menit kemudian, bapak pengemudi perahu berkata kalau gelombang semakin kencang dan kami sudah harus kembali ke penginapan. Dalam perjalanan pulang, hujan mulai turun, saya pun basah kuyub. Tapi tidak apa, saya sudah mendapatkan pengalaman menakjubkan dari Teluk Kiluan yang akan saya kenang selalu dalam hati dan ingatan. Siang harinya saya pun kembali pulang menuju Tangerang membawa memori menyenangkan dari Teluk Kiluan.