Saturday, January 6, 2018

Pagoda dan Air Terjun Sipiso - piso Nan Mempesona

Pagi itu matahari tampak cerah dan membuat perjalanan gw menuju tanah karo terasa lebih menyenangkan. Setelah hampir dua jam perjalanan menanjak dan berkelok di daerah Brastagi, saya sampai di tujuan pertama- Pagoda Taman Alam Lumbini yang terletak di Desa Tongkoh, kecamatan Dolatrayat. Sebelum memasuki kawasan pagoda, saya melihat jejeran kebun kubis, jeruk dan stroberi yang rapi dan siap dipanen. Tak lama, sampailah saya di halaman parkir yang tampak sudah padat kendaraan. Saya bergegas memasuki pintu gerbang setelah melewati pemeriksaan tas yang tidak mengizinkan makanan, minuman, ataupun rokok masuk ke dalam. Pagoda megah berwarna emas ini meraih rekor MURI sebagai pagoda terbesar dan tertinggi di Indonesia serta merupakan replika Pagoda Shwedagon di Bursama, Myanmar. Pagoda ini juga dikelilingi taman luas yang sangat rindang karena ditanami banyak pohon dan tanaman. Meski hari itu cukup terik namun udara sejuk Brastagi menemani saya dan keluarga berjalan mengelilingi pagoda. Tak hanya ornamen khas umat Buddha yang menghiasi bangunan, terdapat juga patung-patung kecil beragam bentuk yang tersebar di sekitar taman. Arsitektur yang membuat saya terkagum-kagum akan keindahan tempat ini. Hari semakin siang, saya memutuskan beranjak menuju tujuan saya berikutnya, sehingga tidak sempat masuk kedalam bangunan pagoda. 


 
Saya lanjut berkendara menuju kawasan wisata Air Terjun Sipiso-Piso dengan menempuh waktu satu jam perjalanan. Jejeran toko penjual souvenir dan rumah makan menyambut kedatangan kami, selain juga banyaknya kendaraan yang terparkir. Gak heran karena memang hari itu adalah akhir pekan dan tentu saja karena tempat ini sudah begitu tersohor ke mancanegara. Melewati pintu masuk, saya udah melihat air terjun yang termasuk salah satu air terjun tertinggi di Indonesia. Dengan ketinggian kurang lebih 120 meter, air terjun ini memang luar biasa spektakuler. Kece banget! Disekitarnya dikelilingi perbukitan dan pohon pinus, tampak dari kejauhan air deras mengalir keluar dari lubang tebing setinggi 800mdpl. Saya dibuat takjub dengan suguhan pemandangan di depan mata, baru kali ini saya melihat air terjun seindah Sipiso-Piso. Tak jauh dari pintu masuk, ada jalan menuju dasar air terjun berupa anak tangga. Sebelum akhirnya turun, saya beristirahat dan makan siang di sebuah pondok, sebagaimana pengunjung lain yang juga menikmati makan siang mereka bersama keluarga maupun sahabat. 



Selesai menyantap makan, saya menyusuri punggung bukit menuruni anak tangga menuju dasar air terjun. Dikelilingi pepohonan, rerumputan dan bebatuan berukuran besar, saya melihat panorama Danau Toba dari kejauhan. Dua puluh menit berjalan, saya sampe di gardu pandang yang menandakan sudah setengah perjalanan menuju dasar. Kaki uda mulai pegel jadi saya beristirahat sembari mengabadikan pemandangan air terjun dan juga keindahan danau toba beserta perbukitan yang mengelilinginya. Di dekat gardu, terlihat sebuah warung kecil yang menjajakan makanan kecil dipenuhi pengunjung yang juga beristirahat disana. Tak lama, awan kelabu tampak menggantung. Khawatir terjebak hujan, saya pun mengurungkan niat untuk menuju ke dasar air terjun. Saya buru-buru keatas dengan menaiki tangga yang terasa cukup melelahkan dibandingkan sewaktu turun. Sampai di atas, saya kembali berkendara pulang menuju kota Medan. 
Dalam perjalanan pulang saya menyempatkan berhenti untuk membeli jeruk yang dijual di pinggir jalan. Tampak tulisan “Petik Jeruk Sendiri” yang menandakan terdapat sebuah kebun jeruk di belakang lapak dagangannya. Sayang sekali saya ga bisa memetik jeruk karena rintik air hujan sudah mulai turun. Sepertinya saya memang harus kesini lagi untuk memetik jeruk karena merupakan salah satu kegiatan agrowisata yang punya nilai manfaat tidak hanya untuk pengunjung tapi juga warga Brastagi. Saya melanjutkan perjalanan pulang yang terasa lebih lama dikarenakan padatnya jalanan dengan kendaraan. Menjelang petang, saya berhenti di Penatapan Brastagi, yakni jejeran warung penjual jagung bakar dan rebus, serta minuman seperti teh dan kopi. Tempat yang selalu dipenuhi pengunjung ini, tidak hanya menawarkan makanan dan minuman hangat tapi juga suguhan pemandangan kawasan Brastagi yang dikelilingi pepohonan hijau disertai kabut. Di bagian bawah bangunan ternyata monyet-monyet liar telah menunggu untuk mendapat makanan dari para pengunjung. Tentu saja panorama ini menjadi sangat menarik apalagi bila saat matahari terbenam kita pun berkesempatan menyaksikannya saat cuaca cerah dan tak terhalang kabut.

No comments: